Selasa, 26 Oktober 2010

jurnalisme sastrawi di kantor polisi

ini kedua kalinya aku ke tempat itu, kali ini bukan untuk wawancara. sepertinya aku yang akan diwawancara.

kami masuk bersama kenalan moyang, teman senasibku. ia menyuruh kami duduk di sudut dalam ruangan itu. aku melihat keadaan sekitar. tujuh meja, lengkap dengan kursi dan komputer bersama empat orang pria dewasa di ruangan itu. tiada kesan gelap, seram atau pun sendu. kipas angin terus berputar. masih di ruangan yang sama, pendingin udara juga dinyalakan. walau begitu, hatiku tetap tak tenang. ini kali pertama aku diwawancarai polisi.

mereka tertawa, akan kebodohan kami. tiada masalah, kami pun tak mempermasalahkan itu lagi. hanya berharap bantuan mereka yang berwenang.

pria berperut buncit itu menolak tuk memeriksa kami. belahan jiwanya kan menjadi saksi ahli nanti, katanya. beralih lah kami kepada pria berkumis. ia tak menyeramkan, hanya asyik tertawa dengan teman seruangan. mengulang-ulang pertanyaan yang telah kami jawab.

lalu ia memandang dengan serius. entah apa rasanya, dipandangi pria berumur, sedikit botak dan berkumis ala pak raden. aku mulai membayangkan film-film yang memiliki adegan interogasi.

0 komentar:

Posting Komentar