Senin, 15 Oktober 2012

Dilema

Ini versi lengkap resensi buku berjudul Dilema yang telah diterbitkan di Tabloid SUARA USU Edisi 89. Selamat Membaca :)


Kisah Lain Tentang Cinta dan Persahabatan
Judul               : Dilema
Pengarang        : Alvi Syahrin
Penerbit           : Bukune
Tebal Halaman : 332 halaman
Tahun Terbit : Juli 2012


Persahabatan ini milik mereka bertiga, tetapi mengapa kedua orang itu lebih mementingkan hubungan mereka?

Mata Kira menyusuri ruang kelas, di hari pertamanya, ia tertegun di depan kelas demi tempat duduk yang nyaman. Baris belakang telah dipenuhi murid laki-laki, sedang tempat strategis di baris tengah sudah dipenuhi dengan tas-tas siswa. Lalu matanya tertuju ke  meja di depan meja guru, bukan tempat favorit, pikirnya. Namun Kira kadung malu terlalu lama berdiri di depan pintu, ia sapa gadis yang tengah duduk sendiri. Dan pertemanan mereka dimulai dari sini.

Tuhan tak pernah membiarkan kita kesepian – Adri

Estrella, namanya. Rambut panjangnya berwarna coklat kemerahan, wajahnya berbeda dari perempuan Indonesia kebanyakan, tak lain karena ibunya berdarah Barat. Hampir dua tahun Estrella dan Kira menjadi teman dekat. Kira yang ceria mendominasi pembicaraan, Estrella si introvert lebih senang menjadi pendengar yang baik.

Semester ini, siswa kelas XI IPA 4  diwajibkan membuat tugas akhir secara berkelompok bersama dua orang siswa lainnya. Kira tentu saja bersama Estrella, tetapi butuh seorang lagi untuk melengkapi kelompok mereka. Hampir semua teman sekelas ia tanyai, hasilnya nihil. Hanya satu yang pasti masih sendiri, Adri si tampan penghuni kursi di sudut kanan kelas.

Sejak pertama masuk sekolah, Kira memang naksir dengan Adri. Adri tipe siswa yang cool, jarang berbicara, terkesan seram walau sebenarnya berbadan proporsional dan berwajah ganteng. Tapi jangan harap ia pintar, novel ini menjauhi hal-hal klise seperti itu.

Maka dimulailah kerja kelompok sekaligus usaha pedekate (pendekatan) Kira kepada Adri. Semuanya berjalan lancar hingga kerja kelompok diadakan di rumah Estrella. Di tengah sesi belajar, orang tua Estrella terdengar bertengkar. Awalnya mereka berusaha memelankan suara mereka, namun pertengkaran memuncak ditandai dengan perginya Ibu Estrella dari rumah. Saat itu, Adri sadar bahwa ia tidak sendirian.

Kira merasa telah melihat sisi kelam dari temannya sejak kelas X,  dan hanya mampu memeluk Estrella. Sedang Adri memiliki teman senasib, orang tuanya pun sering bertengkar hingga saat kematian ibunya. Belum lagi, hari-harinya diisi dengan percekcokan ia dan ayahnya. Hal ini lah yang menyebabkan dirinya menjadi pendiam dan tertutup. Sejak peristiwa itu, mereka bersahabat.

Kira dan Adri melakukan apa saja untuk menyemangati Estrella yang terpukul. Berangkat sekolah bersama, jalan-jalan hingga bolos pun mereka lakukan bersama. Kira pun semakin senang karena bisa lebih dekat dengan Adri.

Cinta hanya punya ruang untuk dua orang, bukan tiga – Kira

Kira memberanikan diri, saat Adri mengantarnya pulang, ia menyampaikan perasaannya. Ternyata, Adri menanggapinya dengan positif. Mereka ‘jadian’. Namun Estrella khawatir, persahabatan mereka tak akan sama lagi. Estrella takut dirinya akan sendirian kembali seperti dulu. Tapi sikap Kira dan Adri sama saja.

 Lalu masalah datang, Adri selalu mengajak Estrella di acara-acara kencan mereka. Di mana pun mereka berada, Estrella selalu mengikuti. “Kita bertiga tetap temenan. Nggak akan ada yang berubah,” ucap Adri untuk meyakinkan Estrella. Ia tak ingin hubungannya denga Kira merusak persahabatan mereka bertiga. Adri tak ingin Estrella kesepian dan merasa sendirian seperti dirinya dulu.

Di lain pihak, Kira kesal, ia butuh waktu untuk berdua saja dengan Adri. Bergenggaman tangan, jalan berdua atau merasakan ciuman pertama menjadi impian Kira, tapi semuanya itu tidak bisa terjadi jika Estrella selalu ada di sekitar mereka. Kencan di tempat romantis pun tak mungkin dilakukan, hanya berjalan-jalan biasa di tempat ramai karena mereka sedang bertiga.

Hingga kesabaran Kira habis. Berkali-kali ia minta waktu berduaan pada Adri,  tapi Adri selalu memikirkan Estrella. Hubungan Estrella dan Kira pun buruk. “Kalau gue sama Adri lagi berdua, lo nggak usah ikut gabung.” Tanpa penjelasan, Kira memberikan ultimatum pada Estrella yang hanya bisa menangis.

Ini bukan kisah cinta segitiga seperti yang kau pikirkan – Estrella

Dari awal, setiap perrmulaan bagian di novel ini diawali oleh potongan lagu yang kira-kira menceritakan isi bagian tersebut. Di bagian 17 ini, lirik lagu Rihanna yang berjudul “We All Want Love” membuka salah satu bagian suram. Cause no one wants to be left scared and lonely, tak seorang pun ingin dibiarkan kesepian dan ketakutan. Laiknya Adri yang tengah bertengkar dengan ayahnya. Kali ini sebab calon ibu baru yang dipilih ayahnya tanpa persetujuan darinya. Buntutnya, ia kabur dari rumah.

Di tempat berbeda, Estrella berusaha menemui Adri untuk menyelesaikan masalah di antara mereka bertiga. “Kicauan” Kira di Twitter membuatnya benar-benar sedih. Bagaimana tidak, Kira menuliskan kalau sahabat juga mampu menyakiti, munafik, hanya manis di luar saja serta makian-makian halus lainnya. Dengan bantuan Danny (teman sekelas yang menyukai Estrella), ia pun berangkat ke rumah Adri.

Bagaimana akhir cerita mereka? Buku tentang persahabatan ini menyajikan akhir yang manis bagi pecinta roman. Masalah yang ada di dalam sebenarnya tak terlalu klise, hanya saja kurang kompleks bagi pembaca yang menyukai cerita yang lebih berat. Ceritanya seputar hubungan Kira, Estrella, dan Adri serta Danny yang menyukai Estrella juga Jeremmy, sang ketua kelas sebagai pendukung Danny. Teman-teman sekelas lainnya seperti Gita dan Larissa muncul pada bagian terakhir untuk menemani Kira yang berantem dengan Estrella, selain sebagai pemberi kabar gosip yang beredar di kelas.

Novel ini cocok untuk Anda yang ingin mengisi waktu luang dengan bacaan ringan dengan alur yang mengalir. Sesekali ada kilas balik, tapi tak banyak dan tidak mengganggu. Tampilan di dalam pun terkesan manis dan lembut khas novel percintaan terbitan Bukune. Pemilihan font tidak menyakitkan mata saat membacanya dan bingkai khusus dengan jenis tulisan berbeda dibuat untuk menjelaskan isi pesan singkat yang dikirimkan oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Hal serupa terjadi saat tokoh cerita ini sedang mengirimkan tweet.

Kover buku didesain simpel, tidak menggunakan banyak warna tapi mewakili isi novel ini. Jenis kertas yang digunakan juga unik seperti buku-buku lain di bawah payung penerbit Bukune. Sayangnya, harapan untuk membaca kisah yang tidak umum, seperti yang dipaparkan di sinopsis buku ini tak dapat tercapai. Penulis kurang mengeksplor emosi dari tokoh-tokoh di dalam sehingga tak berdampak apa-apa pada pembaca. Seperti yang telah disampaikan, buku ini cocok untuk mengisi waktu luang namun bukan cerita yang akan membekas di ingatan Anda.

0 komentar:

Posting Komentar